Dan Perbedaan

8 Perbedaan Hikayat dan Cerpen Ditinjau dari Unsur Instrinsiknya

Hikayat dan cerpen adalah beberapa jenis prosa yang dikenal dalam sastra Indonesia. Keduanya sama-sama berisi cerita tentang suatu tokoh, dengan penokohan, latar, alur, tema, sudut pandang, dan gaya bahasa tertentu. ibandingkan puisi dan drama, keduanya juga ditulis dengan aturan yang cenderung lebih bebas dari segi rama, irama, atau diksinya.

Meski begitu, hikayat dan cerpen nyatanya juga memiliki banyak perbedaan, terutama dari segi unsur-unsur yang menyusunnya. Berikut di artikel kali ini kita akan mengulas apa saja perbedaan hikayat dan cerpen tersebut lengkap dengan pengertian dan ciri-cirinya masing-masing.

Perbedaan Hikayat dan Cerpen

Berdasarkan pada periode masuknya, sastra Indonesia dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu sastra lama dan sastra baru. Sastra lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama dan budaya Islam di Nusantara pada sekitar abad ke 13 M. Sementara sastra baru masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya pengaruh sastra asing dari Eropa.

Perbedaan Hikayat dan Cerpen Adapun, berdasarkan bentuknya, sastra Indonesia dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu puisi, prosa dan drama. Khusus untuk prosa, dibedakan lagi menjadi 3 macam, yaitu hikayat, novel, dan cerpen. Hikayat termasuk prosa dari kelompok sastra lama, sementara novel dan cerpen termasuk prosa dari kelompok sastra baru.

Berkaitan dengan perbedaan hikayat dan cerpen yang akan dibahas pada artikel ini, tentu akan lebih mudah kita memahaminya dengan terlebih dahulu menilik pengertian dan ciri-cirinya masing-masing.

Hikayat

Hikayat adalah prosa yang mengisahkan tentang tokoh-tokoh yang hidup di suatu kerajaan, seperti raja, permaisuri, undang-undang, biografi, sejarah, dan lain sebagainya. Tokoh-tokoh ini kerap digambarkan memiliki kesaktian, kekuatan gaib, dan karakter penokohan yang bersifat mutlak. Selain berfungsi sebagai hiburan, hikayat juga kerap mengandung amanat atau pesan moral yang bermanfaat bagi pendidikan karakter.
Baca Juga : Perbedaan Anekdot dan Humor
Seperti halnya jenis karya sastra lama lainnya, hikayat mulanya hanya bersifat lisan, atau disebarkan dari mulut ke mulut. Barulah di zaman modern sekarang ini, hikayat dapat kembali dituliskan dan dibukukan. Berdasarkan ceritanya, hikayat dalam sastra lama Indonesia kemudian dikolompokan menjadi 4 jenis, yaitu (1) hikayat Melayu asli, seperti Hikayat Negeri Johor; (2) hikayat Jawa, seperti Hikayat Panji Sumirang; (3) hikayat India, seperti Hikayat Ramayana dan Mahabarata; dan (4) hikayat Arab, seperti Amir Hamzah.

Hikayat dapat diidentifikasi lewat adanya beberapa ciri khas. Berikut ini ciri-ciri hikayat tersebut.
  1. Tema, latar, dan tokohnya berkaitan dengan kehidupan raja dan lingkungan istana.
  2. Sudut pandangnya bersifat pralogis atau memiliki logika tersendiri yang berbeda dengan logika umum.
  3. Tokoh-tokoh tertentu digambarkan memiliki kekuatan gaib dan sakti mandraguna.
  4. Pengarang biasanya bersifat anonim, atau tidak disebutkan atau tidak diketahui siapa yang membuatnya.
  5. Kerap menggunakan bahasa klise (arkais), seperti kata hatta, syahdan, dan lain sebagainya.
  6. Cerita mengandung fantasi dan imajinasi tingkat tinggi.
  7. Alur ceritanya mudah ditebak.
  8. Penokohan bersifat mutlak, yang baik selalu baik dan yang jahat selalu jahat.
  9. Hikayat bersifat statis, isi ceritanya tidak mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan zaman.

Cerpen

Sesuai namanya, cerpen atau cerita pendek atau adalah prosa pendek yang panjang ceritanya ditulis tidak lebih dari 5.000 kata. Cerita dalam cerpen biasanya padat dan hanya memiliki satu jalan cerita yang menjadi fokus utama. Tak heran, bila cerpen kerap juga disebut sebagai karya sastra yang selesai dibaca hanya dalam satu dudukan saja.

Cerpen juga memiliki beberapa ciri. Berikut ini ciri-ciri cerpen tersebut.
  1. Fokus utama cerita dalam cerpen biasanya hanya 1 jalan cerita saja.
  2. Konflik yang terjadi sedikit, bahkan sering kali hanya cukup satu saja.
  3. Cerita di dalam cerpen bersifat padu, singkat, dan intensif.
  4. Isinya lebih pendek dari novel, yakni tidak lebih dari 5.000 kata.
  5. Cerpen dapat ditemukan dengan mudah di koran, majalah, dan internet.

Membandingkan Hikayat dan Cerpen
Meski keduanya merupakan karya sastra berbentuk prosa, namun jika menilik pengertian dan ciri-cirinya masing-masing, hikayat dan cerpen nyatanya memang memiliki beberapa perbedaan. Bukan hanya dari ciri-cirinya saja, melainkan juga jika ditinjau dari unsur intrinsik dan ekstrinsik keduanya.

Berikut ini beberapa perbedaan hikayat dan cerpen dalam unsur-unsur tersebut telah saya rangkum dalam bentuk tabel.
PerbedaanHikayatCerpen
TemaSamaVariatif
LatarLingkungan kerajaanBervariasi
TokohOrang-orang dilingkungan kerajaanTak terbatas bisa siapa saja
PenokohanMutlakDinamis
AlurMaju dan mundurMaju, mundur, dan campuran
Sudut pandangDia-an terbatasAku-an, dia-an terbatas, dia-an mahatahu
Gaya bahasaStatisDinamis
AmanatEksplisitImplisit
1. Tema
Perbedaan pertama terletak pada unsur tema. Tema adalah gagasan atau ide utama yang melatarbelakangi sebuah cerita. Pada hikayat, tema biasanya hanya berkaitan dengan perjuangan seorang pahlawan hingga akhirnya menjadi raja, mendapatkan permaisuri, atau membawa kerajaannya ke masa kejayaan. Sementara itu, pada cerpen, tema cenderung lebih variatif dan tidak terbatas pada latar belakang tertentu saja. Kita bisa menemukan cerpen dengan tema-tema dengan pilihan yang beragam, seperti tema persahabatan, percintaan, keluarga, agama, dan lain sebagainya.

2. Latar
Latar adalah keterangan waktu, tempat, dan suasana yang melatarbelakangi sebuah cerita. Pada hikayat, latar tempat sangat menonjol, yaitu istana dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan pada novel dan cerpen, latar sangat bervariasi, baik tempat, waktu, maupun suasananya.

3. Tokoh
Tokoh adalah seseorang yang diciptakan oleh pengarang di dalam sebuah cerita yang kemudian mengalami peristiwa dan atau melakuan sesuatu di dalam cerita tersebut. Pada hikayat, tokoh terbatas hanya pada raja, ratu, permaisuri, atau rakyat jelata yang dikisahkan hidup di lingkungan kerajaan. Sedangkan pada cerpen, tokoh yang diciptakan pengarang secara tidak terbatas.

4. Penokohan
Penokohan adalah penggambaran sifat tokoh dalam cerita, baik itu fisik maupun wataknya. Pada hikayat, penokohan kerap bersifat mutlak, artinya yang baik akan selalu baik dari awal hingga akhir, begitupun sebaliknya. Sementara itu, pada cerpen penokohan cenderung lebih realistis, artinya yang baik tidak selalu baik dan yang jahat tidak selalu jahat. Para cerpen, penokohan lebih dinamis tergantung pada jalan cerita yang disajikan.

5. Alur
Perbedaan hikayat dan cerpen selanjutnya terletak pada alur cerita. Alur adalah rangkaian dari penyajian cerita. Untuk diketahui, berdasarkan jenis waktunya, alur terbagi atas alur maju (progresif), alur mundur (flash back), atau alur campuran.

Pada hikayat, alur yang digunakan biasanya alur maju, yaitu menceritakan perjuangan seseorang melewati segala lika-liku hidup dengan rintangannya, kemudian dia berhasil menjadi raja. Sementara pada cerpen, alur maju, alur mundur, dan alur campuran bisa digunakan secara lebih fleksibel.

6. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara pandang pengarang menempatkan posisinya dalam sebuah cerita. Sudut pandang dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
  1. Sudut pandang orang pertama (akuan) adalah sudut pandang pengarang sebagai seorang subjek atau tokoh yang ikut dalam cerita.
  2. Sudut pandang orang ketiga terbatas (diaan-terbatas) adalah sudut pandang pengarang yang berperan sebagai pengamat saja dalam cerita.
  3. Sudut pandang orang ketiga mahatahu (diaan-mahatahu) adalah sudut pandang pengarang yang berperan sebagai pencerita yang maha tahu tentang semua yang sedang dan akan terjadi dalam cerita.

Pada hikayat, sudut pandang diaan-mahatahu lebih sering digunakan, terlebih karena pengarangnya biasanya bersifat anonim. Sementara itu, pada cerpen ketiga sudut pandang di atas bisa ditemukan.

7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah gaya pengarang dalam menggunakan bahasa saat mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan dalam sebuah cerita. Pada hikayat, gaya bahasa bersifat statis dan mengandung ungkapan klise sepert alkisah, syahdan, hatta, pada suatu hari, dan lain sebagainya. Sementara pada cerpen, gaya bahasa cenderung dinamis dan mengikuti perkembangan zaman.

8. Amanat
Amanat adalah ajaran moral yang terkandung dari sebuah cerita. Hikayat biasanya memiliki amanat yang mutlak dan biasanya ditulis secara eksplisit. Sedangkan pada cerpen, amanat tidak bersifat mutlak dan tidak selalu ditulis secara eksplisit, bahkan cenderung implisit.

Nah, demikianlah beberapa perbedaan hikayat dan cerpen ditinjau dari unsur ekstrinsik dan intrinsiknya. Semoga penjelasan ini bisa bermanfaat, khususnya bagi kamu yang saat ini membutuhkannya. Salam!

0 Response to "8 Perbedaan Hikayat dan Cerpen Ditinjau dari Unsur Instrinsiknya"